Kasih Ibu sepanjang hayat 

Di desa Karang anyar, ada seorang brahmana tinggal bersama istrinya. Keluarga brahmana tersebut adalah keturunan yang sangat terpandang dan dihormati di desanya. Tetapi semenjak melahirkan anak yang berupa katak hijau, keluarga brahmana tersebut akhirnya dikucilkan oleh penduduk setempat. “Men Katak Gadang,” demikianlah orangorang desa memanggil ibu Si Katak Hijau.   

Kosa kata bahasa Bali : men, meme : Ibu,  gadang : hijau

Walaupun dikucilkan Men Katak Gadang selalu bahagia, karena anaknya sangat pintar, lucu dan selalu menggemaskan. Hanya dialah satu-satunya harta yang paling berharga yang dapat menghibur hati Men Katak Gadang di kala kesepian. 

Hari berganti hari, tanpa disadari dua puluh tahun telah berlalu. Men Katak Gadang pun bertambah tua. Ia sering melamun bersedih memikirkan jodoh anaknya. 

Katak Gadang, memahami perasaan ibunya. “Meme tidak perlu khawatir, sebetulnya aku sudah punya calon istriku,” Katanya suatu hari. “Apa katamu Nak?” kata Men Katak senang bercampur terharu mendengarnya. “Iya Meme, Aku telah bertemu dengan calon isteriku yang sangat cantik,” kata Katak Gadang sambil melompat kesana kemari kegirangan. 

“Aku bertemu dengannya dalam mimpi-mimpi, dan aku yakin ia mau jadi isteriku,” lanjut Katak Gadang. “Waduh, Dewa Ratu Agung! Meme kira engkau telah bertemu dan bicara langsung kepadanya,” kata Men Katak kebingungan. 

“Meme tak perlu ragu, Meme datang saja ke rumah gadis itu dan lamarkan ia untukku,” kata Katak Gadang meyakinkan ibunya. “Melamar anak orang yang belum engkau kenal, itu tidak mungkin anakku. Apa lagi engkau seorang, …” kata Men Katak ragu. 

“Seorang yang bagaimana, Meme? kenapa tidak diteruskan? Apakah karena aku seekor katak yang menjijikkan?” kata Katak Gadang agak kecewa. “Tidak anakku, kau jangan tersinggung. Maksud Meme bukan seperti itu,” kata Men katak. 

“Nah kalau begitu, besok pagi meme harus pergi ke rumah gadis tersebut. Meme harus datang ke istana kerajaan, sebab dia adalah salah satu putri dari seorang raja di kerajaan Galuh.” Katak Gadang melanjutkan. 

“Apa katamu, nak? Jadi meme kau suruh pergi untuk melamar putri seorang raja? Waduh anakku kau benar-benar tidak tahu diri. Melamar anak orang biasa saja meme masih berpikir, apa lagi melamar putri seorang raja. Itu tidak mungkin anakku.” Kata Men Katak. “Ya sudah, kalau meme tidak mau, aku juga tidak akan kawin untuk selama-lamanya. Meme senang melihatku tidak memiliki istri?” kata Katak Gadang. 

Akhirnya demi memenuhi keinginan anaknya yang semata wayang itu, Men Katak Gadang pergi melamar putri Raja Galuh. Setelah mengutarakan segala maksud kedatangannya, Men Katak diusir secara paksa. 

Men Katak tidak berputus asa, demi anaknya. Men katak Gadang datang lagi, dan kini ia diseret para penjaga dibuang ke dalam hutan. Men Katak tidak jera, ia datang lagi untuk ketiga kalinya. Raja pun marah sekali, dan mengancam akan menyiksa Men Katak. Raja menyuruh para pengawal istana mempersiapkan tungku dan kuali besar untuk merebus Men Katak. Setelah selesai disiapkan Men Katak pun dimasukkan ke dalamnya. Anehnya Men Katak tidak merasa panas, malah sebaliknya merasa kedinginan. 

Sang Raja pun menyadari bahwa Men Katak Gadang bukan orang sembarangan, oleh karena itulah ia menerima lamaran Men Katak Gadang. Di antara ketiga putrinya, hanya putri bungsunya lah yang bersedia menikah dengan Si Katak Gadang. Putri raja yang pertama dan yang kedua menolaknya karena rupa Katak Gadang yang jelek. 


Demikianlah selanjutnya, karena pengorbanan kasih sayang seorang Ibu dan ketulusan hati putri raja yang paling bungsu itu, para dewa turun untuk memberkati serta membebaskan kutukan Katak Gadang. 

Si Katak Gadang yang menjijikkan tersebut tiba-tiba berubah wujud menjadi pemuda yang sangat tampan. Dia sebenarnya adalah Dewa Kamajaya yang dikutuk Dewa Indria menjadi katak. Dan putri bungsu raja tersebut sebenarnya adalah Dewi Ratih —gadis cantik yang selalu hadir di dalam mimpi-mimpinya Katak Gadang— kekasih Dewa Kamajaya di khayangan. [IRD] 

Teman-teman, demikianlah pengorbanan dan kasih sayang seorang ibu yang sangat tulus. Kasih sayang tulus seorang ibu, tidak pernah berhenti sepanjang masa. Bahkan jiwanyapun bila perlu dikorbankan demi mewujudkan kebahagiaan anaknya


Indonesian Education Promoting Foundation

Fadilah Hasim dan Yanti Herlanti