Perbedaan Sumber Keindahan
Mari kita tebar melalui sikap bersyukur terhadap perbedaan! Di dunia ada beragam warna kulit, budaya, bahasa, dan agama. Bagaimana sikap kita terhadap perbedaan itu?
Bel berbunyi, anak-anak kelas lima serentak masuk kelas. “Tam, Hitam, duduk sama aku hari ini!” panggil Bani pada Mathius. Mathius diam saja tak menjawab panggilan Bani. “Tam...!” teriak Bani lebih keras. “Ban, dia kan punya nam mengapa tidak dipanggil dengan namanya?” kata Danu mengingatkan Bani. “…kenyataanya dia memang hitam kata Bani sambil duduk di sebelah Danu.
“Ayo, crayonnya dikeluarkan anak-anak, pensil, juga buku gambarnya!” seru Pak Fai mengajak anak-anak kelas lima untuk menggambar pohon mangga di depan sekolah. Pada menit ke-15, Bani dan Danu selesai menggambar pohon itu. Mereka menyerahkan hasilnya pada Pak Fai. “Bani, Danu, coba kalian amati benar warna daun pohon mangga itu, dan bandingkan dengan warna daun yang kalian gambar!” kata Pak Fai sambil mengembalikan buku gambar mereka.
“Apanya yang salah, Nu?” tanya Bani pada Danu. “Aku juga tidak tahu. Daun pohon mangga itu memang hijau kan?” jawab Danu kebingungan. Menit demi menit telah berlalu. Bani dan Danu belum menemukan apa yang salah dengan warna daun yang mereka buat.
“Bagi anak-anak yang buku gambarnya Bapak kembalikan, tolong amati dengan benar warna daun pada pohon mangga ini, kalau perlu kalian bisa mendekat untuk melihatnya!” Pak Fai memberi petunjuk.
Bersama anak-anak lainnya, Bani dan Danu menghampiri pohon mangga, dan melihat-lihatnya. “Warna daun mangga ini memang hijau semua, jadi apa yang salah dengan gambar kita!” guman Bani.
“Ah...matamu tak teliti rupanya!” kata Mathius sambil membereskan crayon dan alat tulisnya. “Maksudmu apa63 Hitam?” tanya Bani. Mathius tidak menjawab, ia langsung ngeloyor pergi menyerahkan buku gambarnya pada Pak Fai.
“Ban, coba kamu perhatikan Mathius, setiap kamu mengejeknya Hitam, ia ngeloyor pergi, mungkin ia tidak suka dengan ejekanmu” kata Danu mengingatkan temannya yang khilaf. “Ah, memang harus aku panggil apa? Bule? Ia memang orang Papua yang hitam legam.” Bani mencoba membela diri. “Panggillah dengan namanya, Mathius!” kata Danu.
“Sudah kalian temukan bedanya warna daun mangga yang sebenarnya dengan yang kalian gambar?” tanya Pak Fai. Anak-anak yang sedang berada di bawah pohon menggelengkan kepala.
“Jelikan matamu Nak, perhatikan apakah warna hijau setiap daun mangga sama?” kata Pak Fai. Bani masih kebingungan. Ia merasa semua daun berwarna hijau. Pak Fai kemudian mendekati anak-anak yang masih kebingungan dan berkata, “Coba perhatikan apa warna daun ini?” Anak-anak menjawab serentak, “Hijau!”, “Kalau ini?” tanya Pak Fai. Anak-anak menjawab lagi, “Hijau!” “Betul, tetapi adakah perbedaan antara hijau ini dan ini?” tanya Pak Fai sambil menunjukkan daunnya. “Ada, yang ini hijau tua dan yang itu hijau muda,” jawab Rina. “Bagus, hijau muda dan tua, kalau ini?” Pak Fai memuji jawaban Rina dan bertanya kembali pada anak-anak. Bani menjawab, “hijau tapi kekuningan!”
“Bagus, perhatikan semua warna daunnya, apakah semuanya daun pohon mangga ini berwarna sama hijaunya?” Pak Fai meminta siswa memperhatikan dengan teliti. “Aku tahu sekarang, warna daun pada satu pohon mangga ini tidak satu warna hijau, tetapi ada yang tua, sedang, muda, kekuningan, dan kemerahan...” Seru Bani.
“Betul, warna daun pada satu pohon tidak sama, dan variasi warna inilah yang menjadikan dunia ini indah” kata Pak Fai. Pak Fai melajutkan penjelasannya. Ia mengatakan bahwa semua itu adalah salah satu kebesaran Tuhan. Tuhan telah menciptakan dunia dengan ragam warna. Satu pohon punya warna berbeda, begitu juga warna kulit manusia. Perbedaan warna itulah yang menjadikan dunia ini indah.
“Bayangkan kalau pohon mangga hanya dibuat satu warna saja. Apakah kelihatan akan indah?” tanya Pak Fai. Anak-anak terdiam, Bani pun tertunduk malu. “Coba Bani bandingkan gambar pohon manggamu dengan pohon mangga yang gambar Mathius! Mana yang lebih indah?” tanya Pak Fai. Bani pun menunjuk gambar yang dibuat Mathius. Mathius memberi warna pohon mangga dengan aneka warna sesuai aslinya. Pohon mangga dengan aneka warna. [YH]
Teman-teman, tuhan telah menciptakan manusia berkulit hitam, putih, kuning, dan coklat. Di dunia ini juga ada orang kaya, miskin, berwatak keras, lembut, sabar, lucu, dan pendiam. Begitu banyak perbedaan yang tuhan ciptakan, tetapi dengan perbedaan itulah dunia menjadi berwarna dan indah, dan perbedaan itu pula yang membuat kita bekerjasama dan tolong menolong. Jadi perbedaan bukan untuk dimaki, tetapi untuk disyukuri sebagai berkah, karena jika perbedaan ini disatukan akan menjadi keindahan, kedamaian, dan kerjasama.
Indonesian Education Promoting Foundation
Fadilah Hasim dan Yanti Herlanti

